Showing posts with label Penyakit. Show all posts
Showing posts with label Penyakit. Show all posts

Thursday, July 8, 2010

TINDIHAN (SLEEP PARALYSIS)


Hampir setiap orang pasti pernah mengalami tindihan. Tindihan di masyarakat, sering dikaitkan dengan hal-hal yang berbau mistis. Hal ini karena pada saat kejadiannya sering disertai halusinasi, dimana yang bersangkutan seringkali seperti melihat makhluk-makhluk menyeramkan (yang sering adalah makhluk hitam besar). Padahal sebenarnya tidaklah demikian.

Tindihan yang dalam istilah kedokterannya disebut SLEEP PARALYSIS, merupakan salah satu jenis gangguan tidur. Sleep paralysis adalah suatu keadaan, ketika seseorang merasa sesak nafas, seperti dicekik, dada sesak, badan sulit bergerak dan sulit berteriak saat akan tidur atau bangun tidur.

Di barat, fenomena tindihan sering disebut "mimpi buruk inkubus" atau "old hag" berdasar bentuk bayangan yang muncul. Memory yang menakutkan ini dapat bertahan lama dalam ingatan seseorang, yang dapat berakibat fatal, terutama dari segi kejiwaannya.

Hal ini bisa terjadi pada siapa saja, baik laki-laki maupun perempuan. Rata-rata orang mengalami gangguan tidur ini pertama kali pada usia 14 - 17 tahun dan terjadi sebanyak 2 - 3 kali selama hidupnya. Sleep paralysis bisa berlangsung dalam hitungan detik hingga menit, dan umumnya tidak berbahaya. Kejadian ini bisa disebabkan karena menurunnya kualitas tidur seseorang, bertambahnya aktifitas fisik dan pikiran, yang berakibat pada kecenderungan terjadinya stress. Pendeknya, kondisi sleep paralysis banyak terjadi pada orang kurang tidur atau kelelahan yang disebut, yang disebut "hypnagogic hallucination", yaitu kondisi setengah sadar antara tidur dan bangun.

Terdapat pula hubungan yang erat dengan kejadian apnea (gagal nafas), karena beberapa faktor seperti obesitas, bentuk anatomi leher dan dagu, amandel dan posisi tidur. Walaupun masih manjadi perdebatan, diduga ada hubungan antara sleep paralysis dengan faktor genetik.

TERJADINYA SLEEP PARALYSIS

Sebagaiman kita ketahui bahwa setiap orang memiliki pola tidur yang terus berubah sesuai dengan tingkat usia dan aktivitas. Karenanya perlu dilakukan penyesuaian antara jadual aktivitas dan pola tidur. Tujuannya agar mendapat kualitas tidur yang baik dan produktivitas tubuh yang optimal.

Dalam tidur terdapat tahapan-tahapan tidur atau dikenal sebagai arsitektur tidur. Tahapan ini dikenal dengan N1, N2, N3 lalu REM. Normalnya, dalam keadaan tidur, orang akan melewati tahapan ini secara gradual baik naik maupun turun. Di tahap N akan terjadi Sinyal penurunan aktivitas gelombang otak. Sedangkan di tahap REM aktivitas otak kembali aktif seperti sadar yang ditandai mimpi.

Pada sleep paralysis, pola tidur terjadi tumpang tindih antara gelombang otak sadar N1 dan REM. Dari tahapan terjaga, yang kemudian masuk tahap N1, tapi selanjutnya langsung melompat ke tahap REM tanpa melalui tahap N2 dan N3 lebih Dulu. Hal ini menyebabkan keadaan setengah sadar dan kemudian ditambah dengan adanya mimpi pada tahap REM, yang membuat seseorang dalam keadaan ini berhalusinasi.

Ada 2 hal yang khas pada tahap tidur REM, yaitu adanya mimpi yang muncul sebagai halusinasi dan ada sebuah pengaman dalam tubuh. Gelombang otak ketika mimpi sangat mirip pada saat kita sadar. Pengaman dalam tubuh ini berguna, agar tubuh tidak bergerak-gerak sesuai dengan mimpi yang terjadi, sehingga badan kita dilumpuhkan. Termasuk otot-otot pernafasan ekstra yang biasa digunakan untuk menarik nafas dalam juga dilumpuhkan. Sehingga yang terjadi adalah kondisi setengah sadar, tidak bisa bergerak dan sesak nafas, disertai halusinasi yang sebenarnya adalah mimpi.

PENYEBAB SLEEP PARALYSIS

Seperti telah disebutkan diatas bahwa sleep paralysis terutama disebabkan karena barbagai hal yang menyebabkan gangguan tidur. Yang paling memiliki pengaruh adalah pola tidur dan perbahan waktu tidur. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kecenderungan terjadinya sleep paralysis adalah pada orang yang memiliki kebiasaan tidur tidak tertatur, mudah mengalami kepanikan atau terjaga karena mimpi dan kebisingan.

Orang-orang dengan kecemasan dan depresi juga mudah mengalami gangguan tidur. Termasuk orang dengan lingkungan kerja (shift) yang berubah-ubah, orang yang sering bepergian ke tempat-tempat dengan perbedaan waktu cukup banyak (bisa mengalami jetlag).

Bila gangguan tidur dibiarkan berlarut-larut, maka akan timbul efek negatif pada kondisi fisik dan psikhologis seseorang. Secara fisik, kurang tidur bisa menyebabkan kemampuan koordinasi tubuh menurun karena kemampuan kerja otak menurun.

Dalam beberapa kejadian, sleep paralysis dapat menyebabkan kematian. Tetapi hal ini jarang sekali terjadi. Yg lebih mengkhawatirkan adalah adalah sleep paralysis yang berhubungan dengan penyakit lain seperti jantung, OSA serta narkolepsi.

PENGELOLAAN

Gangguan ini dapat dicegah dan dihindari dengan mengatur pola tidur dan waktu tidur. Sebaiknya kita memiliki pola tidur yang teratur setiap harinya dan tidur paling tidak antara 6 - 8 jam sehari. Usahakan agar saat tidur benar-benar digunakan untuk tidur dan hindarkan hal-hal yang bisa mengganggu tahapan tidur yang normal seperti kebisingan, cahaya yang terlalu terang serta beban pikiran yang memberatkan. Dengan demikian kita akan memiliki tidur yang berkualitas yang akan memberi kontribusi baik terhadap tubuh. Karena kita tahu bahwa tidur merupakan kebutuhan dasar manusia yang tidak tergantikan. Dan kita berharap "makhluk-makhluk menyeramkan" itu tidak lagi datang mengganggu.

Namun jika gangguan masih terjadi, sebaiknya melakukan upaya medis dengan pemeriksaan di laboratorium "sleep study", dengan melakukan pemeriksaan polisomnografi. Atau segera hubungi dokter anda untuk berkonsultasi.


Disarikan dari berbagai sumber

Monday, June 28, 2010

CONJUNGTIVITIS

KONJUNGTIVITIS (Mata Merah)

Konjungtivitis adalah peradangan selaput bening yang menutupi bagian putih mata dan bagian dalam kelopak mata. Peradangan tersebut menyebabkan timbulnya berbagai macam gejala, salah satunya adalah mata merah.

Konjungtivitis dapat disebabkan oleh virus, bakteri, alergi, atau kontak dengan benda asing, misalnya kontak lensa.

Konjungtivitis virus biasanya mengenai satu mata. Pada konjungtivitis ini, mata sangat berair. Kotoran mata ada, namun biasanya sedikit.

Konjungtivitis bakteri biasanya mengenai kedua mata. Ciri khasnya adalah keluar kotoran mata dalam jumlah banyak, berwarna kuning kehijauan.

Konjungtivitis alergi juga mengenai kedua mata. Tandanya, selain mata berwarna merah, mata juga akan terasa gatal. Gatal ini juga seringkali dirasakan dihidung. Produksi air mata juga berlebihan sehingga mata sangat berair.

Konjungtivitis papiler raksasa adalah konjungtivitis yang disebabkan oleh intoleransi mata terhadap lensa kontak. Biasanya mengenai kedua mata, terasa gatal, banyak kotoran mata, air mata berlebih, dan kadang muncul benjolan di kelopak mata.

Konjungtivitis virus biasanya tidak diobati, karena akan sembuh sendiri dalam beberapa hari. Walaupun demikian, beberapa dokter tetap akan memberikan larutan astringen agar mata senantiasa bersih sehingga infeksi sekunder oleh bakteri tidak terjadi dan air mata buatan untuk mengatasi kekeringan dan rasa tidak nyaman di mata.

Obat tetes atau salep antibiotik biasanya digunakan untuk mengobati konjungtivitis bakteri. Antibiotik minum juga sering digunakan jika ada infeksi di bagian tubuh lain. Pada konjungtivitis bakteri atau virus, dapat dilakukan kompres hangat di daerah mata untuk meringankan gejala.

Tablet atau tetes mata antihistamin cocok diberikan pada konjungtivitis alergi. Selain itu, air mata buatan juga dapat diberikan agar mata terasa lebih nyaman, sekaligus melindungi mata dari paparan alergen, atau mengencerkan alergen yang ada di lapisan air mata.

Untuk konjungtivitis papiler raksasa, pengobatan utama adalah menghentikan paparan dengan benda yang diduga sebagai penyebab, misalnya berhenti menggunakan lensa kontak. Selain itu dapat diberikan tetes mata yang berfungsi untuk mengurangi peradangan dan rasa gatal di mata.

Pada dasarnya konjungtivitis adalah penyakit ringan, namun pada beberapa kasus dapat berlanjut menjadi penyakit yang serius. Untuk itu tidak ada salahnya berkonsultasi dengan dokter mata jika terkena konjungtivitis.