Thursday, January 26, 2012

IN-SERVICE TRAINING


Rycus dan Hughes (2000), mendefinisikan in-service training ini sebagai pelatihan yang dilaksanakan dalam pelaksanaan pekerjaan seseorang. Penilaiannya bisa dilaksanakan sendiri, dengan bantuan penyelia, pelatih atau mentor. Kegiatannya sering informal walaupun menggunakan instrumen – instrumen yang dipakai pada pelatihan formal. Pada hakekatnya, in-service training ini adalah bentuk dari on-the job training yang sudah biasa dilakukan apabila ada karyawan baru dalam sebuah organisasi kerja.
Dengan metode in-service training ini diharapkan setiap orang dalam sebuah organisasi kerja akan mendapatkan pelatihan yang tepat dan alam waktu yang tepat, sehingga akan memaksimalkan relevansi, aktualitas dan ketersediaan sebuah pelatihan sementara sumber daya yang disediakan untuk sebuah pelatihan benar – benar dapat diberikan untuk pelatihan yang paling dibutuhkan.
Hal – hal tersebut di atas memungkinkan karena dibandingkan teknik pelatihan konvensional, in-service training memiliki beberapa karakteristik yang mendukung, diantaranya adalah :
a.       Tanpa sistem yang formal untuk kegiatan pembelajaran. Seringnya proses pembelajaran dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tugas – tugas peserta pelatihan dalam pekerjaannya, sehingga akan langsung berhubungan dengan pekerjaannya dan dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaannya.
b.       Tidak perlu meninggalkan tempat kerja untuk menuju tempat pelatihan sehingga akan mengurangi  biaya transport dan penginapan.
c.       Tidak terpaku pada standar yang kaku dan mengakomodasi kepentingan peserta latih karena dilibatkan sejak mulai perencanaan kebutuhan pelatihan, pelaksanaan sampai evaluasi.
d.       Setiap individu peserta pelatihan akan mendapatkan materi pelatihan hanya yang berhubungan dan dibutuhkan dalam melaksanakan pekerjaannya.
e.       Pelaksanaan pelatihan dapat individual atau kelompok.
Karena karakteristiknya yang langsung berhubungan dengan pekerjaan peserta pelatihan, maka in-service training akan lebih efisien, mudah diterima dan dapat dikembangkan untuk memaksimalkan hasil sesuai yang diinginkan. In-service training sudah banyak diterapkan di berbagai tempat. dari berbagai hasil penelitian terbukti bahwa metode ini memiliki efektifitas tinggi terhadap implementasi hasil pelatian.
Sisson (2009), menuliskan suatu bentuk lain dari in-service training yang disebutnya dengan hands-on training. Ini juga merupakan on-the job training yang ditujukan terutama untuk memberikan motivasi bagi penyelia atau karyawan yang terampil untuk melatih karyawan lainnya. Dengan ini dimungkinkan bahwa pelatih dalam in-service training bisa dilakukan oleh bukan pelatih profesional yang tidak terlalu mementingkan teori tentang pelatihan. Mereka adalah para pekerja terampil di bidangnya masing – masing. Mereka akan mengajarkan karyawan lainnya bagaimana melakukan pekerjaan tersebut dengan baik.
Perbedaan antara on-the job training tradisional dengan metode hands-on training adalah :
a.     On-the job training tradisional :
a.     Instruktur fokus pada pekerjaan, utamanya pada produktivitas kerja.
b.     Pelatihannya tidak terstruktur dan mengikuti irama kerja.
c.     Instruktur biasanya hanya mengajarkan pengalaman dan ketrampilan yang dimilikinya pada peserta latih.
d.     Methode pelatihan ditentukan oleh instruktur.
b.     Hands-on training :
a.     Mempersiapkan peserta latih.
b.     Memberikan petunjuk.
c.     Mencoba/menilai kinerja.
d.     Tindak lanjut.
Jadi, hands-on training merupakan kegiatan on-the job training dengan menggunakan pendekatan pelatihan yang terstruktur. Dalam hal ini, sama dengan in-service training. Dalam kegiatan ini, siapapun dapat menjadi instruktur selama dia memiliki kemampuan untuk melakukan fasilitasi pelatihan, atau memiliki kemampuan sebagai fasilitator atau pelatih.


Sumber :
Rycus, Judith, S. Huges, Ronald, C. (2000), What Is Competency-Based Inservice Training. USA, Institute For Human Resources. e-book.

Sisson, Gary, R. (2009), Hands-on Training. A Simple and Effective Method for On-the-Job Training. Colorado, Berret – Koehler Publishers. e-book.

Bornman, J., Alant, E. (2007). A Beginning Communication Intervention Protocol : In-service Training of Health Worker. Jurnal Education and Training in Developmental Dissabilities. Juni. Vol : 42, p : 206 – 207. (internet). (Diakses 15 Januari 2012)

Newton, O., English, M. (2010). In-service Training for Healh Professionals to Improve Care of The Seriously Ill Newborn or Child in Low and Middle-income Countries. John Wiley & Sons, Ltd (internet), Mei. (Diakses 15 Januari 2012)

McDermott, J., Beck, D., Buffington, S.T., Annas, J., Supratikto, G., Prenggono, D., Ekonomi, D.M.F., Achadi, E. (2001). Two models of in-service training to improve midwifery skills: How well do they work. Journal of Midwifery \& Women's Health. Vol : 46, p : 217-225. (internet). (Diakses 15 Januari 2012)

Joynes, O. (2010). Distance Learning for Health : A Global Review of Accredited Post-qualification Training Programmes for Health Worker in Low and Middle Income Countries. London International Development Centre. (internet), Oktober. (Diakses 15 Januari 2012)

No comments:

Post a Comment