Thursday, July 8, 2010

COUPLES THERAPY UNTUK LANSIA


Banyak perubahan yang terjadi pada seseorang saat memasuki usia lanjut (lansia), terutama dalam bentuk dan posisi tubuh maupun struktur tubuh. Misal, lansia sering terlihat lebih pendek karena pengaruh struktur dan posisi tulang belakang yang mengalami osteoporosis.

Selain anatomi, para lansia juga mengalami beberapa penurunan fungsi. Diantaranya adalah penurunan fungsi sirkulasi darah dan pernafasan permenit dan lain-lain yang dihubungkan dengan faktor degenerasi.

Lalu bagaimana dengan fungsi seksual pada usia lanjut? Sebuah study yang dilakukan oleh Edward M. Brecher menunjukkan, adanya penurunan aktivitas seksual baik pada pria maupun wanita, seiring dengan meningkatnya usia. Beberapa faktor penting yang menentukan aktivitas seksual saat seseorang berusia lanjut, diantaranya adalah :

1. Penurunan fungsi fisik.

2. Keberadaan dan ketertarikan terhadap pasangan.

3. Tingkah laku serta pengharapan tentang seks di usia lanjut.

Produksi testoteron yang makin merendah mulai usia 40 tahun, berkurangnya struktur dan fungsi organ pada seorang pria, merupakan salah satu penyebab terkait penurunan fungsi seksual pria. The Kinsey Institute, melaporkan adanya perubahan gairah seksual pada seorang pria berkaitan dengan usia. Pada lansia, waktu ereksi dan orgasme menjadi lebih lama. Perlu stimulasi langsung pada seseorang untuk bisa ereksi, berkurangnya semen yang dikeluarkan saat ejakulasi, ereksi tidak padat (rigid), testis yang tidak bisa terangkat setinggi scrotum, kontraksi orgasmus yang kurang kuat, berkurangnya rasa perlu untuk ejakulasi saat seks dan periode refrakter (periode setelah ejakulasi ke ejakulasi selanjutnya) menjadi lama, adalah beberapa hal yang mereka laporkan.

Secara psikologis, stigma tentang seks pada lansia juga menjadi penghalang bagi perilaku seksual mereka. Misal, adanya anggapan bahwa seks hanya untuk kaum muda. Seks pada lansia dianggap menjijikkan dan anggapan bahwa lansia yang tertarik dengan seks hanya untuk pelepas birahi. Padahal, seharusnya tidak demikian.

Oleh sebab itu, selain obat-obatan dan pemberian hormon, sangat perlu terapi psikologi untuk mengembalikan fungsi seksual pasangan lansia. Terapi ini berkembang dengan nama couples therapy. Yakni suatu terapi psikologis yang diperuntukkan bagi pasangan lansia. Fokus terapi ini adalah untuk mencari adanya ketidakpuasan dan dan distress (tekanan) dalam hubungan suami istri. Juga untuk memberi saran dan mengimplementasi rencana pengobatan.

Terapi ini ada beberapa jenis, yaitu :

1. Psycoanalitical couples therapy.

2. Object relations couples therapy.

3. Egoanalitic couples therapy.

4. Behavioral marital therapy.

5. Integrative behavioral couples therapy.

6. Cognitive behavioral marital therapy.

7. Emotionally focused therapy.

8. Structural strategic marital therapy.

Terapi ini dapat membantu orang yang memiliki keluhan intimasi seksual dan komunikasi dengan pasangannya utamanya tentang seks. Tujuannya adalah untuk memperbaiki atau mengurangi gejala dan mengembalikan hubungan ke tingkat fungsional yang lebih sehat. Nantinya diharapkan akan didapatkan hasil yang menguntungkan buat pasien. Seperti hilangnya dan dapat dikendalikannya perilaku simptomatik yang buruk, perbaikan interaksi pasangan yang lebih sehat, dan hasil akhinya adalah meningkatkan fungsi seksual seseorang di usia lanjut.

Tertarik lebih lanjut? Hubungi androlog terdekat di kota anda! :D

Oleh-oleh dari PIT PANDI-PERSANDI 2010 di Surakarta

No comments:

Post a Comment