Monday, October 11, 2010

MENGHADAPI AMUK ANAK


Setiap orang yang memiliki anak di bawah lima tahun pasti pernah menghadapi perilaku marah anak dan bahkan anak yang mengamuk. Perilaku tersebut bisa merengek-rengek, berteriak-teriak, menangis, menjerit-jerit, membanting barang, memukul-mukul dirinya sendiri atau merusak barang-barang di sekitarnya. Hal seperti ini sering terjadi pada waktu anak merasa terhalangi, tidak dituruti kemauannya, atau anak berada dalam situasi yang tidak menyenangkan. Kondisi ini sering disebut dengan istilah tantrums atau lengkapnya temper tantrums.

Meskipun tantrum terjadi pada hampir semua anak, namun frekuensinya berbeda satu sama lain. Apabila ini sering terjadi, tentunya akan sangat menganggu. Seolah-olah orang tua kewalahan atau tidak mampu mendidik anak. Banyak guru Taman Kanak-Kanak juga mengalami kesulitan serupa.

Anak mulai tantrums sekitar usia 1,5 (satu setengah) tahun dan umumnya berakhir pada usia 4(empat) tahun. Penyebabnya seringkali karena anak tidak mampu mengekspresikan permasalah atau perasaan dengan bahasa yang memadai. Pada usia sekitar dua tahun, anak mulai bersifat sangat egosentris. Dia ingin “menguasai” alam sekitar, sehingga banyak bereksplorasi. Dia ingin memiliki bermacam-macam barang, ingin mandiri, berpetualang dan lepas dari kekangan orang lain. Jika dia tidak mendapatkan keinginannya atau merasa terhalangi, lalu dia frustasi dan marah besar. Karena tidak mampu mengungkapkan frustasi dengan baik, maka terjadilah apa yang disebut tantrums.

Tantrums biasanya berkurang seiring dengan perkembangan bahasa dan tingkat kesadaran anak. Semakin anak mampu mengekspresikan perasaannya dengan memadai dan lingkungan memberikan respon yang sesuai, maka semakin jarang pula terjadi tantrums pada anak.

Lalu bagaimana bila kita menghadapi anak tantrums?

1. Hendaklah tetap tenang, tidak perlu ikut panik atau ribut. Sebaiknya saat anak sedang tantrums tidak perlu diberi perhatian. Hal ini untuk memberitahu anak secara tidak langsung bahwa perilaku tersebut tidak dapat diterima. Berilah perhatian setelah anak tenang.

2. Sebaiknya jangan menyerah pada tuntutan anak tantrums. Jika menyerah, selanjutnya itu akan dipakai sebagai “senjata” untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Akibatnya tantrums akan lebih sering terjadi.

3. Jika anak sedang tantrums, pindahkan ke tempat yang aman, bebas dari bahaya.

4. Jika tantrums terjadi di tempat umum, bawalah anak ke tempat yang tidak banyak orang.

5. Anak tidak perlu diberi hukuman karena tantrums dan juga tidak perlu diberi hadiah jika menjadi tenang.

6. Jangan pedulikan komentar orang-orang di sekitar yang mungkin merasa kasihan saat anak sedang tantrums atau tidak setuju membiarkan anak tantrums.

7. Ajarilah anak cara-cara yang lebih baik untuk mengekspresikan emosi dan perasaannya.

8. Mengubah lingkungan atau emindahkan anak dari sumber tantrums.

9. Mengalihkan perhatian anak ke hal lain dari penyebab tantrums-nya.

10. Menyediakan banyak kemungkinan pilihan untuk bermain sehingga anak tidak menjadi jemu dengan alat permainan yang sama.

11. Jagalah agar anak selalu cukup istirahat dan tidur, makan dan minum agar badan selalu segar sehingga tidak mudah stress.

12. Sebelum mengajak anak ke toko, misalnya, jelaskan lebih dulu apa yang bisa diminta dan tidak.

Tentunya masih banyak upaya lain yang dapat dilakukan selain cara-cara di atas. Tetapi setidak-tidaknya kita bisa memahami dan mengetahui kiat-kiat bila menghadapi anak tantrums.

Semoga bermanfaat.

Dari berbagai sumber

No comments:

Post a Comment