Monday, October 11, 2010

TBC ANAK

Pernah menemui seorang anak didiagnosis “flek” oleh dokter? Kemudian diikuti dengan pengobatan yang lama, antara 6 bulan sampai satu tahun? Ada kemungkinan anak tersebut menderita penyakit Tuberculosis atau TBC anak. Anak-anak bisa menderita TBC? Mendengar kata TBC, dalam gambaran kita adalah penyakit yang banyak diderita oleh orang miskin yang tinggal di tempat kumuh. Ada benarnya, tapi banyak tidak benarnya.
Penyakit TBC yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis dapat mengenai siapa saja dari segala usia dan lapisan masyarakat. Walaupun terbanyak memang mengenai masyarakat yang tinggal di daerah dengan tingkat kelembaban tinggi. Dari anak-anak sampai orang tua bisa terkena, hanya pada anak-anak tentunya berbeda dengan TBC pada orang dewasa. Organ yang bisa terkena TBC juga bukan hanya paru-paru, tapi TBC bisa juga mengenai usus, kulit, otak, mata dan lain-lain yang dikenal sebagai TBC ekstraparu (di luar paru-paru).

Beberapa hal yang membedakan antara TBC pada anak dan TBC pada orang dewasa yang merupakan permasalahan pada pengelolaan TBC anak, diantaranya adalah :
1. Pada TBC anak, batuk bukanlah gejala utama.
2. TBC pada anak tidak menular. Yang harus diwaspadai, apabila ditemukan kasus TBC pada anak, maka harus dicari sumber penularnya yang sudah dapat dipastikan adalah orang dewasa yang setiap hari dekat dengan si anak.
3. Diagnosis TBC pada anak juga memerlukan perlakuan khusus, mengingat spesimen untuk kepentingan diagnosis sulit didapat.
4. Pada anak, sulit dibedakan antara infeksi TBC dan sakit TBC. Belum ada alat diagnosis untuk membedakan.

TANDA DAN GEJALA
Dengan beberapa masalah di atas, lalu bagaimanakah kita mencurigai seorang anak menderita TBC? Secara klinis, kita curiga seorang anak menderita TBC bila dijumpai hal-hal sebagai berikut :
1. Masalah BB (berat badan). Ada penurunan BB/tidak ada kenaikan signifikan selama dua bulan berturut-turut sampai adanya gizi buruk. Sering, gangguan BB ini adalah satu-satunya gejala yang muncul pada TBC anak.
2. Ada masalah makan, dari anak sulit makan sampai anoreksia.
3. Infeksi saluran nafas akut berulang. Secara normal, anak mengalami episodik frekuensi infeksi saluran nafas karena virus pada anak kota antara 6 – 8 kali setahun dan di desa antara 4 – 6 kali setahun. Ini kejadiannya lebih dari episodik normal.
4. Adanya batuk kronik dan atau berulang. Walaupun ini tidak selalu ada dan bukan gejala utama.
5. Adanya demam kronis dan atau berulang. Biasanya demam tidak terlalu tinggi (subfebris).
6. Adanya infeksi kronik dan atau berulang pada saluran pencernaan (diare berlanjut/berulang).
7. Gejala lain yang tidak spesifik (malaise, anemia, pembesaran kelenjar limfe leher/ketiak/selangkangan, pembengkakan tulang/sendi, perubahan bentuk tulang panggul/lutut/tulang belakang).

DIAGNOSA
Bila menjumpai gejala klinis diatas, segera periksakan anak untuk mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut untuk menegakkan diagnosanya. Penegakan diagnosis TBC pada anak biasanya menggunakan beberapa cara sebagai berikut :
1. “Gold standard” untuk penegakan diagnosa pasti tetap dengan menemukan kuman penyebab. Spesimen bisa berasal dari sputum/dahak, cairan bilas lambung, biopsi jaringan. Tapi mendapatkan spesimen ini sulit, sehingga tidak dilakukan rutin di pelayanan rawat jalan dan hanya dilakukan apabila anak dirawat inap.
2. Foto thorak. Foto thorak yang dilakukan adalah AP-L (anteroposterior-lateral) yaitu dari depan dan samping. Berbeda pada orang dewasa adalah PA-L (posteroanterior-lateral) yaitu dari belakang dan samping. Perlu diketahui bahwa foto thorak tidak spesifik untuk TBC anak. Pemeriksaan ini hanya sebagai penunjang dan masih memerlukan pemeriksaan penunjang yang lain.
3. Uji Tuberkulin. Dengan menyuntikkan tuberkulin di bawah kulit lengan bawah sebelah dalam. Ditunggu antara 48-72 jam baru dinilai indurasinya. Dalam uji ini diharapkan orang tua agar sabar karena bisa bolak-balik ke klinik 2-3 kali.
4. Sistem skoring. Metode ini menggabungkan gejala klinis, pemeriksaan penunjang dan adanya riwayat kontak dengan penderita TBC dewasa yang diskor dengan nilai tertentu.
Catatan untuk diagnosis menggunakan skoring :
•Diagnosis oleh dokter
•Jika ditemui skrofuloderma dpt lgs didiagnosis TB
•BB dinilai pada saat datang
•Demam & batuk tidak membaik dgn terapi baku
•Foto toraks BUKAN alat diagnosis utama
•Semua reaksi cepat BCG harus dievaluasi dengan sistem skoring
•Diagnosis TB bila skor total >6
•Skor 4 pada balita, atau curiga kuat, rujuk RS
•Profilaksis INH untuk anak kontak dengan pasien BTA+ dengan skor <5

PENGOBATAN TBC ANAK

Terapi TBC anak menggunakan rejimen kombinasi yang terdiri dari :
- Isoniazid
- Rifampisin
- Pyrazinamid
- Ethambutol
- Streptomisin
Dalam pengobatan TBC ANAK, beberapa hal yang harus diperhatikan adalah :
1. Permulaan intensif
2. Kombinasi 3 atau lebih OAT
3. Teratur dan lama (enam bulan tidak boleh putus)
4. Pemberian gizi yang baik
5. Pengobatan dan pencegahan penyakit lain
6. Efek samping obat


EVALUASI PENGOBATAN
Evaluasi pengobatan pada TBC ANAK dengan melihat :
Perubahan nyata dalam 2 bulan awal baik klinis maupun penunjang
1. Perbaikan klinis :
berat badan naik
gejala berkurang/hilang
2. Penunjang :
foto rontgen toraks : 2 / 6 bulan (atas indikasi)
pemeriksaan darah : LED
uji tuberkulin : tidak perlu diulang

PENCEGAHAN TBC ANAK
Mengingat akibat yang ditimbulkan pada anak, maka pencegahan menjadi hal yang penting. Beberapa hal yang dilakukan untuk menghindarkan anak dari TBC adalah :
1. Mencegah anak kontak dengan penderita TBC aktif secara dekat dan lama
2. Memberikan pengobatan profilaksis kepada anak yang terinfeksi supaya tidak berkembang menjadi TBC. Pengobatan pencegahan ini harus diberikan dengan indikasi yang tepat dengan menggunakan regimen INH 5mg/kgBB.


Dari berbagai sumber

No comments:

Post a Comment