Saturday, December 25, 2010

RASAKU



Sembilu tajam bertubi-tubi menyayat hati yang rapuh dengan tanpa perasaan

Ketika akalku tak juga mampu memahami kepedihan yang kau tawarkan

Bersama derasnya hujan gelapnya malam dalam gigil yang sangat dingin

Aku gemetar menahan segala perih dalam hati memaknai luka yang kau tikamkan


Haruskah kukatakan tentang lukaku yang telah kau lihat merah darahnya

Haruskah kuterjemahkan perihnya yang telah kau lihat dalam sayatannya

Kau tambahkan dengan caramu memaknai rasa yang selalu kau katakan

Semua bagai palu yang kian menghancurkan hatiku yang telah remuk redam


Cukuplah bagiku sekali saja kau katakan rasa cintamu kepadaku

Ribuan kata tak akan pernah mampu menggambarkan apa nyata dalam hatimu

Biarlah rasaku yang akan memaknai segala rasamu terhadapku dari tindakmu

Tindakmu adalah nyata dalam kau mengartikan segala rasamu kepadaku


Air mata selalu ada di ujung malam-malam saat perlahan beranjak menuju pagi

Berusaha membasuh darah merah segar yang mengalir tak juga mengering

Angin yang diam terengah mengabarkan rasaku terbang ke langit hitam

Mencoba mengaburkan perihku dalam samar yang coba kuyakini hingga kini


Sinar jingga mentari memperlihatkan sembilu yang menancap di ruang hatiku

Ruang di mana kita menelanjangkan segala tentang rasaku dan rasamu

Ruang tanpa batas penglihatan dan waktu dimana kita biasa bercumbu rayu

Kini hanya ada luka di atas rasaku yang penuh darah kesedihan karenamu


Magelang, Jum’at, 24 Desember 2010

No comments:

Post a Comment