Friday, October 14, 2011

REVITALISASI PUSKESMAS (2)

SEJARAH PUSKESMAS



Gambar 2. Peralatan yang lebih baik
Sebelum bicara panjang lebar tentang ide – ide untuk revitalisasi Puskesmas, tidak ada salahnya kita menengok kembali sejarah pendirian Puskesmas.
Ide tentang Puskesmas secara tidak langsung dikemukakan oleh dr. Y. Leimena dan dr. Patah pada tahun 1951 dalam suatu konsep yang disebut sebagai konsep Bandung (Bandung Plan). Beliau mengemukakan bahwa dalam pelayanan masyarakat, aspek kuratif dan preventif tidak dapat dipisahkan dan merupakan satu kesatuan. Konsep ini kemudian diadop oleh WHO dan menjadi dasar pengembangan sistem pelayanan tingkat primer.
Tahun 1956, dr, Y. Sulianti mendirikan Proyek Bekasi, tepatnya di Lemah Abang, sebagai proyek percontohan pelayanan kesehatan masyarakat. Di sini ada keterpaduan antara pelayanan kesehatan pedesaan dan pelayanan medis. Ada delapan desa yang dipilih sebagai wilayah pengembangan yaitu Inderapura (Sumatra Utara), Lampung, Bojong Loa (Jawa Barat), Sleman, Godean (Yogyakarta), Mojosari (Jawa Timur), Kesiman (Bali) dan Barabai (Kalimantan Timur). Kedelapan desa di wilayah itu yang merupakan cikal bakal Puskesmas sekarang ini.
Pada tahun 1967, dr. Ahmad Dipodilogo membahas suatu konsep puskesmas yang mengacu pada konsep Bandung dan Proyek Bekasi. Dalam seminar ini disepakati sistem Puskesmas yang terdiri dari Puskesmas A, B dan C. Akhirnya pada tahun 1968 pada rapat Kerja Kesehatan Nasional, dicetuskan bahwa puskesmas adalah merupakan sistem pelayanan kesehatan terpadu yang kemudian dikembangkan oleh pemerintah menjadi Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) seperti yang kita kenal sekarang. Saat
Dalam perkembangannya, Puskesmas telah mengalami berbagai perubahan baik struktur, fungsi dan manajemen. Tahun 1969, Puskesmas dibagi menjadi dua yaitu A dan B yang masing – masing dikepalai oleh seorang dokter dan paramedis. Tahun 1979, tidak ada lagi pembedaan itu dan hanya ada satu Puskesmas yang dukepalai oleh dokter dengan stratifikasi sebagai penilainnya. Yaitu baik sekali (hijau), rata – rata (kuning) dan standar (merah). Selanjutnya Puskesmas dilengkapi dengan piranti manajerial yang lain seperti micro-planning dan Lokmin (lokakarya mini). Bahkan pada perkembangannya saat ini juga dikenalkan adanya Badan Penyantun Puskesmas sebagai mitra kerja Puskesmas. Walaupun kenyataannya, keberadaan Dewan Penyantun ini belumlah seperti yang diharapkan.
 Selanjutnya tahun 1990-an, Puskesmas menjadi kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga memberdayakan masyarakat. Selain memberikan pelayanan meyeluruh dan terpadu dalam bentuk kegiatan pokok.
Gambar 3. Tak lagi kumuh, sempit dan jorok
Kegiatan pokok Puskesmas ini juga mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Pada awal pendiriannya, kegiatan Puskesmas merupakan keterpaduan dari berbagai pelayanan kesehatan yang sudah lebih dulu ada seperti balai pengobatan, balai kesehatan ibi anak, balai pencegahan malaria, diare dan balai imunisasi. Kemudian kegiatan berkembang menjadi 18 kegiatan pokok Puskesmas bahkan sempat berkembang menjadi 20 kegiatan pokok pada akhir tahun 1990-an.
Bertambahnya kegiatan pokok Puskesmas menyebabkan semakin besar beban yang harus dikerjakan oleh Puskesmas. Padahal kenyataannya, tidak semua Puskesmas memiliki kemampuan yang sama dalam sarana dan sumber daya manusia. Juga tidak setiap wilayah Puskesmas memiliki permasalahan yang sama untuk semua jenis kegiatan. Akhirnya pada saat ini, kegiatan Puskesmas dibagi menjadi dua kelompok yaitu Upaya Kesehatan Wajib yang terdiri dari enam kegiatan dan dikenal sebagai basic six serta sembilan Upaya Kesehatan Tambahan yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat.
Menilik sejarah perkembangan Puskesmas di atas berikut kegiatan – kegiatannya, jelas bahwa upaya kuratif (pengobatan) hanya merupakan bagian kecil dari upaya kesehatan yang dilakukan oleh Puskesmas secara keseluruhan, walaupun masih merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Hendaknya saling menunjang. Sehingga apabila saat ini Puskesmas lebih cenderung kepada pelayanan kuratif, hal ini perlu diluruskan kembali agar tujuan awal pendirian Puskesmas bisa tercapai. 

2 comments:

  1. Wah... mantab tuh sarana penunjang di Puskesmasnya. Tapi seiring dgn lengkapnya sarana prasarana yg memadai, harus dibarengi dgn peningkatan layanan donk..!! Service excellent, agar gak kalah dgn RS Swasta. Saran neh, supaya lbh meningkatkan performance Puskesmas, adakan kompetisi antar puskesmas/Poskesdes di wilayah cakupan sdri. InsyaAllah akan lbh meningkatkan kinerjanya.

    ReplyDelete
  2. yup, selalu diupayakan peningkatan layanannya juga melalui sistem akreditasi Puskesmas...
    saran sangat diterima, sangat setuju, untuk lebih memotivasi SDM Puskesmas dalam memberikan pelayanan
    Semoga bisa terlaksana di tahun - tahun mendatang.. Amiin...
    yang penting, harus diingat, ini adalah Pusat Kesehatan Masyarakat, bukan Pusat Pengobatan Masyarakat, sehingga paradigmanyapun harus paradigma sehat yang memberikan pelayanan secara menyeluruh (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif)
    Thanks a lot for your comment.. Regards

    ReplyDelete