Sunday, August 15, 2010

DISPEPSIA DAN PUASA

Kalau awal puasa begini, keluhan yang paling sering muncul di ruang praktek adalah "sakit maag". Sudah itu, minta ijin diperbolehkan tidak puasa (loh! Emang dokter itu apaan? He he he, minta legalisasi karena pengen gak puasa ya?).
Itu karena dispepsia dan apakah penderita dispepsia boleh berpuasa? Pertanyaan yang sering muncul di masyarakat.

Dispepsia adalah nyeri abdomen episodik atau berulang, yg terjadi pada saluran cerna bagian atas. Gejala yang sering muncul biasanya kembung, rasa mual, muntah, cepat kenyang, rasa penuh dan nyeri perut bagian atas atau di daerah ulu hati. Masyarakat umum sering menyebutnya "sakit maag".

Dari suatu survey di DKI Jakarta, 60% orang yang disurvey pernah mengalami gejala dispepsia dalam hidupnya. Dari penelitian lain disebutkan bahwa 40-50% orang yang datang ke dokter umum adalah penderita dispepsia dan 50-60% yang datang ke spesialis gastrologi karena keluhan dispepsia.

Dispepsia dibagi menjadi 2, yaitu dispepsia organik dan fungsional. Dispepsia organik jika setelah dilakukan endoskopi ditemukan kelainan struktural seperti ulkus (luka/tukak), kanker, radang, karena obat-obatan, infeksi dan gangguan metabolik. Sementara dispepsia fungsional adalah bisa disebabkan gangguan fungsi lambung, hipersensitivitas, disfungsi saraf vagal dan masalah psikhologis. Lebih dari 60% penderita dispepsia adalah fisiologis.

Dispepsia disebabkan karena ketidakseimbangan antara faktor agresif dan faktor defensif saluran cerna. Hal ini terjadi biasanya karena ketidakteraturan makan, konsumsi lemak, merokok Dan stress. Faktor agresif meliputi obat-obatan, stress, kuman dan rokok. Faktor defensif meliputi lapisan lendir, prostaglandin dan ketebalan mukosa.

Ada peran penting dari meningkatnya pengeluaran asam lambung dengan terjadinya dispepsia. disamping itu adanya peningkatan sensitivitas dinding saluran pencernaan dan perubahan gerak karena pengaruh asam lambung juga berpotensi menimbulkan keluhan dispepsia. Karenanya, pengobatan dispepsia salah satunya adalah dengan memberikan obat-obat yang dapat menekan pengeluaran asam lambung, seperti proton pump inhibitor (PPI). PPI sendiri jenisnya bermacam-macam yang pemberiannya disesuaikan kondisi penderita.

Kalau begitu, bolehkan penderita dispepsia berpuasa? Mengingat bila berpuasa selama 6-8 jam, akan terjadi peningkatan asam lambung. Tentunya ini akan memperparah dispepsia yang diderita. Benarkah?

Menurut dr. Marcellus Simadibrata, PhD, Sp.PD-KGEH, pada prinsipnya orang dengan keluhan dispepsia boleh berpuasa. Terutama untuk dispepsia fungsional. Tergantung dari kelainannya, dokter akan memberikan obat untuk mengurangi keluhannya. Diharapkan dengan berpuasa, maka makannya menjadi lebih teratur, menghindari cemilan tidak sehat, mengurangi merokok dan diharapkan faktor stress-nya terkendali, karena menjadi lebih tenang.

Tapi pada dispepsia organik, harus dilihat dulu masalahnya. Apakah ada tukak atau tidak. Bila ada tukak, harus diobati dulu baru boleh berpuasa. Bahkan pada beberapa kasus dengan tukak, setelah diobati dianjurkan berpuasa. Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa minum obat dan berpuasa akan lebih baik.

Kalau ada tumor atau kanker, dianjurkan tidak berpuasa, tapi ini juga relatif melihat kondisi penderita. Tapi, ada penderita yang memang tidak boleh berpuasa. Biasanya kalau kondisinya akut, disertai muntah-muntah hebat, perdarahan saluran cerna dan tidak bisa makan, maka tidak boleh berpuasa.

Untuk yang berpuasa, minggu awal merupakan masa penyesuaian yang cukup berat. Biasanya pada saat ini memerlukan obat untuk menurunkan produksi asam lambung yang tujuannya supaya bisa melewati minggu ini dengan baik. Pada dispepsia organik, obat dipilihkan yang diminum sehari dua kali saat sahur dan berbuka. Pada yang fungsional, biasanya cukup sehari sekali, setengah jam sebelum sahur.

Intinya, menurut para ahli, berpuasa memiliki kebaikan pasti untuk penderita dispepsia organik maupun fungsional. Hanya tergantung kasusnya, pengelolaannya akan menyesuaikan. Yang jelas, walaupun sakit merupakan kondisi yan diberi keringanan untuk tidak berpuasa, kondisi sakit jangan dijadikan alasan untuk dengan ringan meninggalkan puasa.
Selalu ada solusi dalam setiap permasalahan.

Semoga bermanfaat...

Disarikan dari berbagai sumber
Joen '91

No comments:

Post a Comment